Tuesday 31 May 2011

Klab Jazz feat. Margo Friday Jazz: Superb Jazzy!

Jumat malam memang jadi moment yang tepat bagi sebagian besar musisi dan penggemar musik jazz di Depok untuk berkumpul. Jika Bandung punya Sunday Jazz milik Klab Jazz, Depok pun gak kalah dengan Margo Friday Jazz-nya. Ya, inilah ajang bertemunya para musisi dan penikmat musik jazz Depok, Jakarta dan sekitarnya dalam satu ruang apresiasi terbuka.

Margo Friday Jazz seperti oase di tengah padatnya jalanan di sepanjang Margondang Raya. Lupakan sejenak tentang kemacetan jalanan di Depok. Yuk kunjungi Margo City di Jalan Margondang Raya. Dari depan pintu masuk utama, alunan bernuansa jazz langsung menyapa kita. Sudah dua tahun setengah, sejak Januari 2009, Margo Friday Jazz hadir mengisi ruang apresiasi halaman The Old House Coffee. Seperti namanya, event mingguan ini rutin diadakan setiap Jumat malam dari pukul 20.00-24.00 WIB. Tak hanya menghadirkan musisi Jakarta, Depok, dan sekitarnya saja, event asuhan Mas Budi atau lebih akrab disapa Mas Bucheng ini juga tak jarang menghadirkan musisi jazz dari luar Jakarta.

Seperti Margo Friday Jazz kali ini, Jumat (27/5). Margo Jazz Community (komunitas yang lahir dari acara ini) sengaja mengundang teman-teman Klab Jazz Bandung. Ini memang bukan yang pertama, sebelumnya Klab Jazz pun sempat menyapa Depok pada tahun 2009 dan 2010 lalu. Dalam kali ketiganya ini, Klab Jazz memboyong 5 band bercorak berbeda untuk tampil di panggung Margo Jazz, yaitu Halfwhole Project, Ivan & Tesla, Sunday Ice Cream, West Java Syndicate, dan Sekapur Sirih.

Sebagai band pembuka sekaligus ‘ucapan’ selamat datang dari teman-teman Depok, semua disambut oleh penampilan band pendatang baru di Margo Jazz, Cosmo Vuzela. Band yang baru terbentuk dua minggu ini terdiri dari Jordy (gitar), Yudoyono Prakoso (basis), Yudo (keyboard), dan Douglas (vocal). Mereka pantas dijuluki musisi muda karena seluruh personilnya masih duduk di bangku SMA, gabungan teman-teman dari SMA 34 dan 49 Jakarta. Semula, mereka hanyalah pengunjung setia gelaran ini dan hanya bisa duduk di kursi penonton saja. Tak disangka, minggu ini mereka bisa diberi kesempatan untuk menampilkan kebolehan mereka. “Malam Biru” milik Sandy Sandoro berhasil memanggil para pengunjung Margo City untuk ikut bergabung, disusul dengan “Menikahlah Dengaku”-nya Glenn Fredly, dan “Saat Kau Milikku” by Barry Likumahua Project. Meski semuanya masih ‘lagu orang lain’, namun mereka berhasil membawakannya dengan aransemen mereka sendiri. Cukup memberi warna baru dalam lagu-lagu pop-jazz yang sedang digandrungi anak-anak muda itu.


Deretan penonton semakin padat. Kursi-kursi kosong pun mulai terisi. Kini saatnya band asal Bandung Halfwhole Project on stage. Suasana pop-jazz yang dihadirkan band sebelumnya langsung berganti dengan nuansa straight ahead. Band yang digawangi Gallang Perdhana (elektrik bass), Edward Manurung (drum), Athfand Harahap (gitar), dan Christ Stanley (elektrik piano) ini membuka band Klab Jazz dengan empat buah lagu, di antaranya satu lagu karya Charlie Parker, “Passion Dance”, “Stella by Starlight” karya Victoriang, dan “Seven Step to Heaven”. Meski salah satu personil mereka, Athfand, tidak bisa hadir, namun tidak mengurangi kehebatan permainan mereka.




Suasana pun kembali berubah, ketika West Java Syndicate mulai memainkan musiknya. Alunan daminatila mengawali penampilan mereka. Suasana etnik pun langsung mengisi ruang Margo Friday Jazz malam itu. Inilah penampilan Kang Dede Sp (elektrik bass), Yopi D. Nafis (keyboard), dan Zahar Mustilaq (drums). Dari nama band-nya saja kita sudah bisa menyimpulkan, warna musik yang diusung tentu berbau etnis Sunda (meski ditranslet ke dalam Bahasa Inggris). Namun sayang, formasinya malam ini tidak lengkap seperti biasanya. Kang Zinner (kendang) yang juga punya peran besar dalam meramaikan band ini berhalangan hadir karena harus tampil di luar negeri dengan band utamanya, Samba Sunda. Lewat lagu pertama berjudul “Srepet Gebay” mereka berhasil mengajak penonton untuk bersorak “oi..oi..oi..” sambil mengikuti ketukan drum. Lagu kedua “Tembang Katresna”, disusul dengan lagu tradisional Sunda “Bajing Luncat” yang mereka poles habis menjadi lagu “Bajing Luncat” jazz version, dan yang terakhir “Gending Rame ku Kendang”. Meski kendang dan tuannya tidak hadir, West Java Syndicate, tetep Bandung pisanlah!




Nah, kini giliran band instrument asal Bandung yang lagi banyak dikangenin para penggemarnya ini on stage. Here we go, Sekapur Sirih. Grup yang satu ini memang pantas untuk dikangenin, permainan musik mereka yang apik dan khas memang gak pernah bosan buat didengar. Meski ngakunya udah pada sibuk ngantor dan jarang latihan, toh permainan mereka tetap saja prima. Ada Kandria Kananta atau Keke (gitar), Lukman Agus (drums), Agung Dwi Perkasa (keyboard), Andreas Nandiwardhana (gitar), dan Prasandhya Astagiri (bass). Sekarang ini seluruh personilnya memang sedang sibuk bekerja di Jakarta, Lagu pertama yang mereka bawakan adalah cover lagu “Forward Motion” dari Mezzoforte, lagu berikutnya merupakan lagu karya mereka yang berjudul “Alamanda”, “Nuansa”, “Midnight”, dan “Jakarta-Bandung PP (via Cipularang)”. Band beraliran fusion ini beberapa kali mengaku bahwa band mereka sebenarnya bukan beraliran jazz, melainkan pop. Nyatanya, dengar saja sendiri, hasilnya yang ada justru malah paket lengkap, terpadu dalam satu corak musik yang begitu khas.


Setelah puas dengan yang serba instrument, sekarang giliran band bervokalis asal Bandung, Sunday Ice Cream tampil. Band pendatang baru di Klab Jazz ini semula hanyalah gabungan para penikmat musik jazz yang rajin datang ke event-event yang digelar Klab Jazz. Dreams come true, itulah kata mereka saat pertama kali ditawari untuk bermain di Sunday Jazz Potluck Kitchen beberapa waktu lalu. Kini, Raisa (vocal), Wahyu (gitar), Jemie (bass), Ridho (gitar), Adi (drum), dan Eja (keyboard) semakin semangat bermusik karena kedatangan teman-teman baru, yaitu Ndik (trombone), Iwan (trumpet), dan Aping (saxophone) yang semakin menambah komplit warna musik mereka. Pengunjung Margo City berhasil mereka ajak nge-groove lewat lagu “Can We Talk”, “ Too Young to Die” yang dipopulerkan Jamiroquai, dan beberapa lagu karya mereka, di antaranya “Happy Sunday”, “Siapa Diriku”, dan “I lost Control”. Kabarnya, saat ini mereka sedang sibuk recording beberapa karya mereka untuk dijadikan mini album.


Malam semakin larut, waktu menunjukan pukul 23.10 WIB, saat Ivan & Tesla mulai menaiki stage. Tapi, suasana dan pengunjung Margo Friday Jazz tetap ramai dan seru. Ivan & Tesla yang beberapa waktu lalu baru saja rilis album di kampus ITB Bandung, malam ini kembali membawakan lagu-lagu mereka yang mengusung post bop di album tersebut. Sebuta saja “Willy Nilly” dan “After Her” ciptaan Tesla, dan lagu terakhir “Unborn” karya Ivan. Entah kenapa, permainan mereka memang selalu outstanding dan terkesan ‘nyeleneh’, meski pun sebelum naik ke stage Ivan sempat bilang, “Sumpah ya kita bahkan belum latihan.” Oke, belum latihan aja bisa sekeren ini, gimana kalau latihan? Ivan Jonathan (keyboard), Tesla Manaf Effendi (gitar), Gega Nesywara (bass), dan Dani Irjayana (drums) memang tidak pernah habis cara untuk membuat penikmat musik mereka terkagum, terhibur, dan ‘tertawa’ dalam waktu bersamaan. Namun, nampaknya para penggemar Ivan & Tesla harus sedikit bersabar, kabarnya Gega—sang basis—dalam waktu dekat ini akan ‘pensiun’ dari kegiatan bermusik karena akan melanjutkan studinya sebagai ahli bedah.




Lengkap sudah Margo Friday Jazz edisi 27 Mei 2011 di Margo City, Depok. Ditutup apik dengan penampilan Funkenstain dari Jakarta. Personil grup ini sebenarnya adalah ‘wajah-wajah lama’ di panggung musik jazz Jakarta, namun khusus malam ini mereka tampil dalam formasi baru. Finally, senang sekali teman-teman Klab Jazz bisa bergabung dalam Margo Friday Jazz untuk yang ketiga kalinya. Ya, karena acara ini gak hanya memberi ruang bagi musisi untuk berkarya dan mengapresiasi, tapi juga jadi ajang silaturahmi antara musisi jazz Bandung, Depok, Jakarta dan sekitarnya.

***reported by achie martasasmita
doc: klab jazz

No comments:

Post a Comment