Friday, 9 December 2011

Belajar Ruang Seni Terbuka dari Kaohsiung

Kota Bandung dan kota-kota besar lainnya di Indonesia, nampaknya harus banyak belajar tentang pengelolaan ruang terbuka untuk publik di tengah kota. Terlebih ruang publik yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakatnya sebagai makhluk sosial, ruang publik yang memungkinkan masyarakat untuk mengapresiasi, bersosialisasi dengan warga lainnya, atau sekadar jalan-jalan sore dan bersantai sambil menikmati matahari tenggelam. Mungkin Kaohsiung bisa menjawab. Tak sering memang nama kota ini terdengar.

Namun, sejak perhelatan International World Games 2009 sempat digelar di kota ini, nama Kaohsiung pun mulai dikenal. Kaohsiung termasuk satu di antara lima munisipalitas—setingkat provinsi, di Taiwan, Republik Cina. Kota terbesar kedua setelah Taipei ini terletak di sebelah selatan kepulauan Taiwan yang berbatasan langsung dengan Selat Taiwan. Dikenal dengan sebutan Kota Pelabuhan karena memiliki pelabuhan laut terbesar di Taiwan bernama Pelabuhan Kaohsiung. Hal tersebut juga menambah daftar daya tarik yang dimiliki kota berpopulasi sekitar 2,9 juta penduduk ini.



Tak kalah dengan Taipei, Kaohsiung menyimpan banyak keunikan di setiap sudut kotanya. Bahkan, hampir sebagian besar belum banyak diketahui. Jadi, menarik untuk digali dan diulik. Menemukan setiap sudut unik tersebut rasanya seperti mendapatkan harta karun di tengah keramaian. Tak banyak yang menyadari, namun terlalu berharga jika dilewatkan begitu saja. Itulah yang saya rasakan Agustus lalu, ketika saya berkunjung ke kota ini untuk menghadiri konferensi internasional dan youth summit yang diikuti oleh ratusan anak dan pemuda dari berbagai negara di dunia.

Berjalan kaki di tempat dan lingkungan baru selalu menjadi kegiatan menyenangkan yang wajib saya lakukan jika singgah ke negeri orang. Dan sore hari merupakan pilihan terbaik untuk melakukannya. Kaohsiung memang tidak sesibuk Taipei, jadi tidak heran jika setiap sore akan lebih banyak orang bersepeda ketimbang mengendarai mobil atau sepeda motor.

Menikmati Kaohsiung mengingatkan saya pada kota ketiga terbesar di Amerika Serikat, Chicago, Illinois. Layaknya Chicago, hampir di setiap sudut blok di Kaohsiung pun terdapat ruang terbuka, entah itu taman yang sangat luas, taman yang berkolam, hutan di tengah-tengah kota, hingga ruang terbuka yang dihiasi instalasi seni. Bahkan, sama halnya dengan Chicago River, Kaohsiung juga memiliki sungai yang membelah kota, tak tanggung-tanggung mereka menamainya Sungai Cinta alias Love River. Jika malam datang, lampu-lampu gedung bertingkat dan resto-resto yang berjejer di sepanjang pinggiran sungai memantulkan cahayanya yang seketika itu juga memunculkan kesan romantis—konon alasan itulah yang membuatnya ini dinamai Sungai Cinta. Maka tak berlebihan rasanya jika saya menjuluki Kaohsiung sebagai “Chicago-nya Asia”.

Namun, dari sekian banyak ruang terbuka yang tersebar di penjuru Kaohsiung, ada satu sudut ruang terbuka yang paling menarik perhatian, yang jelas setelah itu saya langsung berpikir, “Bandung tentu juga bisa punya ruang terbuka seperti ini, tapi kapan?

Mereka menyebutnya Pier-2 Art Center. Adalah ruang terbuka yang berbatasan langsung dengan lautan. Semula distrik Pier-2 merupakan gudang pelabuhan yang dibangun pada 1973. Lama tidak digunakan, distrik ini kemudian beralih fungsi pada awal 2000. Sudut kota yang tidak terpakai lagi itu kemudian dimanfaatkan sebagai ruang terbuka publik sekaligus ruang pamer seni untuk para seniman lokal maupun internasional. Ruang terbuka seni ini dikelola oleh pemerintah kota yang mengurusi bidang seni dan budaya (Kaohsiung City Bureau of Cultural Affairs) sebagai bentuk upaya dalam mendukung kemajuan seni dan budaya, terlebih untuk mendorong aktivitas seni di kota tersebut.


Tepian Pier-2 Art Center Kaohsiung, Taiwan

gerai-gerai seni di Pier-2 Kaohsiung, Taiwan

Uniknya, karya para seniman dibiarkan terbuka dan sifatnya permanen. Jika digambarkan, bentuk kawasan ini seperti taman memanjang yang terkotak-kotak dengan karya seni di sepanjang tepiannya. Jenisnya beragam, mulai dari karya seni patung, instalasi, lukisan atau mural, interior, reka bentuk, hingga seni kontemporer. Sebagian besar karya ini sudah tersentuh aliran budaya pop, namun tetap tampak jelas paduan cita rasa Asia-nya.

Materialnya yang digunakan terdiri dari alumunium, tembaga, kaca, kayu, semen, hingga plastik. Sebagian besar material tersebut adalah material bekas atau sampah yang kemudian didaurulang. Poin penting yang menjadikan Pier-2 berbeda adalah karya seni ini dipamerkan dengan konsep yang terkesan ‘nyeleneh’. Misalnya, mural yang dilukiskan di tengah-tengah jalan, seni patung yang dipajang di atas atap bekas gudang pelabuhan, dan hal-hal out of the box lainnya.


salah satu karya seni yang paling unik di Pier-2


mural 3 dimensi ukuran jumbo di Pier-2

Karya-karya tersebut dibiarkan terbuka, sehingga tak hanya bisa dinikmati dan dilihat saja, tetapi juga dirasakan dan disentuh. Keintiman yang terbangun antara masyarakat dengan para seniman lokal tersebut terbangun melalui ketersediaan ruang terbuka seni ini. Sehingga, dengan adanya Pier-2 masyarakat tidak hanya diberi ruang terbuka untuk bersosialisasi, tapi juga diberi kebebasan untuk mengapresiasi sekaligus mendapatkan hiburan yang lebih berkualitas.

Dari beberapa karya seni yang dipamerkan, yang paling menarik perhatian adalah robot sampah dan pohon daurulang dari sampah motor perahu. Jika anda penyuka film Transformer pasti anda tidak mau melewatkan kesempatan untuk berfoto dengan trio robot plastik ini. Dari jauh robot-robot ini tampak mentereng dan gagah, tapi siapa sangka ternyata robot ini dirangkai dari sampah perabotan rumah tangga yang terbuat dari bahan plastic, besi, dan alumunium.


wajib hukumnya foto di antara trio "robot sampah" ini

Atau ada pula pohon di tepi pantai Pier-2 yang terbuat dari rangkaian besi bekas motor perahu. Perhatikan baik-baik, batang pohon ini dirangkai dari besi-besi bekas, daun-daunnya adalah lonceng, sehingga pohon ini akan menghasilkan riuh gemerincing, jika angin laut berhembus ke tepian, keserasian alam dan seni yang bisa memancing kekaguman. Selain karya seni terbuka, dalam kawasan Pier-2 juga terdapat sejumlah museum dan teater terbuka, di antaranyaKaohsiung Museum of Labor dan Moon Theater.

"pohon daurulang", salah satu karya seni terunik di tepian Pier-2

Dari pengalaman tersebut, lantas saya teringat kota dimana saya berasal yang ‘katanya’ tersohor dengan julukan kota kreatif, kota Bandung. Saya yakin, Bandung pun bisa memiliki ruang terbuka seni seperti halnya Pier-2. Bagaimana tidak, sejak dulu Bandung sudah dikenal sebagai gudangnya para seniman. Terlebih di kota ini juga terdapat empat perguruan tinggi yang setiap tahunnya melahirkan para seniman muda lulusan seni rupa dan desain yang tentu memiliki banyak ide segar.

Karya dan senimannya sudah ada, kini tinggal lahannya saja yang seharusnya disediakan oleh pemerintah kota sebagai pemenuhan kebutuhan masyarakat. Jika memang mau, kota Bandung masih punya lahan kosong yang masih bisa dimanfaatkan untuk aktivitas publik. Bukan melulu mall atau tempat-tempat bisnis yang kini semakin subur pembangunannya. Toh, senimannya sudah banyak, masyarakatnya sudah apresiatif, tinggal lahannya saja yang harus diperjuangkan. Jika harapan ini bisa benar-benar terealisasi, nampaknya saya tidak akan jadi satu-satunya orang yang paling berbahagia.***


cheers!

Bandung, Desember 2011


Tuesday, 15 November 2011

habisi saja saya


setidaknya
apa lagi yang harus saya harap dari pagi yang kosong
dan kekesalan yang tidak juga mencair
pertanda buruk macam apa ini
sendiri
memang selalu lebih baik
ketika orang-orang tidak bisa mengangguk
sendiri
memang selalu jadi jalan keluar
saat diri berontak dari yang mereka harapkan
saya tak pernah terlambat
untuk mengasingkan diri
sekali pun dalam kerumunan
saya cukup menangis
dalam malam yang mereka sebut siang
dan pagi yang mereka harap malam
habisi saya
--babak belur dalam lamunan

Bandung, November 2011

Thursday, 10 November 2011

a lil' dream called future

st.genevieve--missouri, usa, July 2010

how could i face the future when i open my door
and find that my wings isn't already to fly?


st.genevieve--missouri, usa, July 2010

and how could i know that somewhere--in other part of the world,
someone is waiting for me to make the (real) future?


oh, i wanna know it by doing what i want,
through what i feel,
and what i'm looking for,
a life goes by
a dream won't stop
and the future come closer
whispering, "may You pick me up?"


Bandung, November 2011

Wednesday, 9 November 2011

saya (sendiri) saja



berjalan
ketika tidak ada satu pun orang yang mengenal
pasti menyenangkan
berperan jadi siapa pun
apa pun
tak ada yang peduli siapa (saya)
pernah apa (saya)
dan lanjutan dari kata "saya adalah.."
silahkan isi titik-titik itu semau (saya)
adakah yang seperti itu?
ketika perangkat diri bukan masalah yang membebani
dan aksesoris luar hanya imajinasi seketika itu juga
tak ada pertimbangan
tak ada pertemanan yang kompleks
saya sendiri saja,
sebatas bertegur sapa, tak ada kepentingan
percayalah, terkadang kita perlukan itu


Bandung, November 2011

Tuesday, 8 November 2011

time to go



i have my own way, it's time for me to go..

“You have brains in your head. You have feet in your shoes. You can steer yourself in any direction you choose. You’re on your own. And you know what you know. You are the guy who’ll decide where to go."----Dr.Seuss

Bandung, July 2010

so close


kaohsiung--taiwan, July 2011

so close
so far, we're so close
so close, and still so far
so far


Bandung, November 2011

Monday, 7 November 2011

tunggu saya di kota itu

Hamburg, 30 Oktober 2011---Bandung, 5 November 2011


lampu kecil bersandar pada cahaya
penunjuk arah berputar, mencari langkah terakhirmu
jarak mematikan senyum
postcard mu datang
menghitung jarak dari kota itu
belasan jam membisu kata
menunggu tumpah saat sampai
puluhan negara, dua benua, terangkum
postcard mu tiba
saya melonjak
saluran modern yang orang bilang?
ah, itu tumpul
tak ada ekspresi atau rasa
postcard mu bicara
meski tak ada pesannya sekali pun
postcard mu tertawa
melihat saya yang girang tak terhingga

tunggu saya di kota itu
lantas saya menyisip dalam postcard mu


Bandung, November 2011

Sunday, 6 November 2011

isi puisi #9

kota di seberang pantai
ada kotak cerita yang saya tinggal
berjanji untuk kembali
sampai jarak tak punya arti
kota itu memanggil saya
merindu pijak yang saya hentak
ketika mimpi tak hilang kontak
kota di seberang pantai
adakah saya dalam doamu
mengharap raga untuk bertemu
sampai titik itu mewujud
kota
di seberang
pantai
saya rindu

Bandung, November 2011


isi puisi #8

hujan ini isyarat
menutupi kepala saya dengan hangat
memanjakan ide untuk bersajak
kenapa yang lain bilang ini dingin
saya senang hujan sore
tak pernah buat saya menggigil
justru membuat kata mengalir
setiap air yang jatuh membawa pesan dari Mu
ada teriak, kadang berbisik
sayalah pendengar hujan
lantas melantunkannya lewat gerimis besok pagi
pasti


Bandung, November 2011


Friday, 4 November 2011

isi puisi #7

pantai itu, kamu
tertindih ombak dan pasir yang kegirangan
sayang, laut belum bersahut
menanti ombak yang siap memeluk
saya tak sanggup
memanggil kamu yang belum takluk
saya tersenyum, mencium pasir
mana buih yang kamu janjikan
saya sudah menunggu sepenggal rembulan
sampai laut pasang
oh, kamu biarkan saya usang
bersama pantai yang masih saya kira kamu

Bandung, November 2011

isi puisi #6

pelangi itu memudar
kehabisan tinta gadis penggambar
daun saja tidak cukup hijau untuk mengisinya
butir tanah pun tak terlalu gelap mengusap auranya
saya butuh gradasi
dan banyu membiru
lantas saya menari
melukis sambil berbisik
membangunkan jingga yang pulas tertidur
sayalah matahari
akan saya buat pelangi menari
hilangkan malam di balik gembala
cukupkan saja sampai di sana
setidaknya dia sudah berwarna

Bandung, November 2011

Sunday, 23 October 2011

ingin menari tapi tak bisa



ingin menari tapi tak bisa,
tak apa yang penting berdua


Kaohsiung-Taiwan, Juli 2011

isi puisi #5

pesan pagi ini,
saya harus berganti peran
jadi perempuan yang melepas rasa
saya mandi, dan rasa tetap belum mau luntur bersama air
saya usap dengan handuk, rasa pun tidak mau kering
saya pilih baju warna putih, rasa malah menyelinap di antara kancing dan celah
saya frustasi
rasa tidak juga luntur dan pergi
saya lalu bernegosiasi, bolehkan saya yang pilih rasa
tak ada jawaban, yang ada dia semakin menyerang
menempel di pundak, mata, rambut, dan kaki
saya pasrah,
tersadar, oh saya perempuan

Bandung, oktober 2011

isi puisi #4

oh, kamu lagi
dunia seperti tidak punya pilihan aktor lain
bikin cerita baru sekalipun tak akan membantu
rasa yang terlanjur bersambung
saya ambil dialog itu, saya buang, dan kamu tidak peduli
ceritanya sudah habis, tidak ada kesempatan meski pertunjukan belum usai
kamu pikir siapa sutradaranya?
saya pun menoleh ke atas, menatap semesta yang mulai menghitam


Bandung, Oktober 2011

isi puisi #3

orang-orang di jalan ini sibuk berlari
mereka mencari arah sendiri
saya masih diam saja di tepi
ada cabang, lalu saya berhenti
kemana saya harus pergi?
ke pojok itu tapi saya tak yakini
ke sisi ini tapi terlalu banyak kendali
saya menepi..
ingin sudahi
hanya sebesar inikah saya punya nyali?
lalu, saya berdiri


Bandung, okotober 2011

isi puisi #2

siang ini saya sibuk tawar-menawar pikiran
saya pikir ini bisa membantu
lalu saya buka isi pikiran ini,
ternyata tidak ada pikiran
saya pikir mudah membuka pikiran
ternyata pikiran juga punya pemikiran kalau saya tidak pandai berpikir
jadi untuk apa saya memikirkan ini
berpikir saja saya sulit
coba kamu pikir, kalau sudah terbuka pikiran saya, saya mau apa
paling berpikir lagi mau memikirkan apa
ya sudah, tidak usah dipikirkan
hanya akan merusaka pikiran saja

Bandung, oktober 2011

isi puisi #1

kamu anggap lantun asa yang tak berkesudahan
meniti jejak padi yang semula kamu anggap berisi
meniup pasir yang pernah kamu usik
tidak ada ribuan darinya yang mau pergi dan mengaku
aku masih sama
masih abu, tinggal kamu tetes biru
ini persegi, belum kubus
tinggal setengah jadi
tunggu saja, waktu itu


Bandung, oktober 2011

Sunday, 16 October 2011

topiknya hanyalah waktu

"terkadang kita harus meninggalkan hal yang tengah kita jalani untuk sebuah prioritas," bisik saya pada diri sendiri.***

kata 'meninggalkan' mungkin akan lebih tepat bila diubah menjadi 'mengorbankan'. seperti itulah kira-kira deskripsi langkah yang tengah saya tempuh.

berkejar-kejaran dengan angka-angka dalam kalender, menumpangi detik jarum jam, dan tak jarang bersembunyi di balik matahari yang baru terbit. topiknya hanyalah waktu.

rupanya, menjadi 'twenty something' bukan perkara seberapa dewasa kamu. tapi seberapa pintar kamu berdiskusi dengan waktu dan berkompromi dengan semesta.

sebuah kegiatan tawar-menawar yang butuh banyak energi dan konsistensi tingkat tinggi.

seperti ada hal lain yang harus dipertimbangkan dan rasa 'ingin tidak biasa' yang sulit ditentang.

apakah waktu mengenal idealisme? ataukah peduli dengan energi?

sayangnya, waktu tidak berkorelasi dengan apapun, dia berjalan sendiri. dia bahkan tidak menoleh ke arah jam tangan yang saya kenakan.

dia bahkan tidak mau tau seberapa besar kalender yang saya tempel di sudut kamar itu.

lebih baik saya robek saja halaman agenda ini, sementara, dari pada waktu yang sesungguhnya.

tunggu saya masa depan, jangan dulu beranjak, saya masih berusaha taklukan 'banyak mau' ini. saya sedang menuju, meski masih menumpang angin.

setidaknya, saya sedang.

--------------------------

oktober 2011
cheers!

Monday, 10 October 2011

lomba nulis dapet jutaan rupiah!

FYI,

buat kamu yang berusia 16-25 tahun, dan tertarik dengan fenomena kehadiran new media dan sosial media, nih ada WRITING COMPETITION dengan total hadiah 4,5 juta.


tema: "New Media dan Generasi Muda Indonesia"
(1000-1200 kata)

ada 3 topik yang bisa kamu pilih:

1. Netizen yang bertanggungjawab
(netizen: warga pengguna internet, asal kata dari "net" dan "citizen"--red)
2. Sosial media dan generasi muda
3. New media untuk aksi sosial


DEADLINE pengumpulan karya 15 OKTOBER 2011.


for further information check DI SINI

CHEERS!

Tuesday, 13 September 2011

dear you, and you..

ada kegiatan keren nih:


IYND 2011:
"how to use social media tools to promote social change"

Sabtu, 1 Oktober 2011
di @america Pacific Place 3rd Floor, Jalan Jend. Sudirman, Jakarta Pusat.

IYND stands for Indonesia Young Netizen Day.
Cocok buat kamu yang tertarik soal isu new media and being a responsible netizen (do's and don'ts-nya jadi netizen).

Bakal ada seminar dan writing competition dengan hadiah jutaan rupiah (lumayan loh guys).
dapetin juga pengetahuan dan wawasan baru seputar new media dan kaitannya dengan peran pemuda di Indonesia dari para pakarnya; ada Bang Enda Nasution, Mas Wisnu Martha, Iman Usman, dan aktivis Bantu Indonesia.

Yuk check info lengkapnya di sini!

Limited nih, makanya buruan, cuma ada 100 tempat buat 100 pemuda dari Jabodetabek dan Bandung yang bakal beruntung dapet kesempatan ini. Pastiin kamu salah satunya!

langsung dowload form-nya di sini!

cheers!

Sunday, 4 September 2011

(my) Selangor (story), Grab me Fast!

“You have brains in your head. You have feet in your shoes. You can steer yourself in any direction you choose. You’re on your own. And you know what you know. You are the guy who’ll decide where to go."----Dr.Seuss


OH. I really love that quotes! When I read it, I just feel that I’m free. I could be what I wanna be and go to everywhere that I want. Because of that quotes, now I know exactly what I want to be: a writer and traveller (it’s really my-dream-job-ever!)

Currently, I’m a young journalist in Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara, Indonesia. I’ve been writing in mass media since I was in junior high. Such an article for some popular youth magazine and newspaper, local and national. I usually write an article about music, tourism, culture, and art. For me, writing is the medium to express myself, thoughts and ideas.




I’m so curious about the universe. That’s why I always like something new; new friends, new places, new culture, and also new experiences. With travelling, I can get all those things in the same time. That’s why, I declare that writing and travelling are my passion.

I’ve visited USA last year, and Taiwan in this year. However, can you believe it, I haven't visited my-closest-neighboring-country yet, Malaysia. Ironic.

Washington DC, 2010

So, if I’ll be the lucky one, who selected to be the one of “top30”, it’s gonna be my first! For sure, its time for me to know more about Malaysia, especially Selangor. I’m so excited. I can expand my network, get new experiences, practice my skill writing, and try to start my-future-job as a writer and traveller.

Well, I’m ready for this. So Selangor, grab me fast!

CHEERS!


***PS. to make it real, VOTE ME please! thanks :)

Monday, 29 August 2011

beres-beres berhadiah

H-1 lebaran Idul Fitri 1432 Hijriah.
H-1 buat saya selalu identik dengan kegiatan "clean-up your room".
lagi anteng beres-beres, tiba-tiba nemu selembar kertas. Setelah dibaca ternyata isinya puisi.
di bawahnya tertulis bulan dan tahun; Januari 2004.
kalau dihitung, berarti puisi ini ditulis waktu umur saya 15 tahun, sekitar kelas 2 SMP kali ya.
puisinya sederhana sih (dan tanpa judul), tapi kaget aja bisa nemu karya sendiri, 7 tahun lalu.
dan sempet bikin saya melongo karena isinya kurang lebih 'menyinggung' nasib saya saat ini. haha.


ini isinya:

sesekali ia melirik ke arahku

sambil terus mengobrol, dan entah sudah berapa lama ia menghabiskan banyak topik yang sebenarnya tak ada arah dan tujuan

beberapa saat kemudian, ia melirikku lagi
masih belum tersadar berapa banyak waktu yang sudah ia buang hari ini
bahkan kemarin, kemarin lusa, dan hari-hari sebelumnya.

Aku,
hanya saksi bisu, yang selalu setia melingkari tanganmu,
mengisyaratkan setiap detik dan menit-mu
tak bisa teriak, hanya menanti sadarmu.

Aku,
adalah jarum waktumu yang tak bisa mengulang
apalagi menghentikan langkahku,
di saat kau sesali 24 jam yang tak berguna


ACHIE, Januari 2004



Monday, 18 July 2011

something "new" is always interesting!



new experiences!



meet people from another country


message for Japan (don't give up!)

meet the expert of chinese calligraphy



"raspati" in chinese version



new friends!


netherland, taiwan, egypt, pakistan, usa, japan, qatar, russia, and many more

netherland!

taiwan!

japan!

spain!


there's a lot of new things if you want it. keep your curiousity turn on, so you will get it, even more.


***iEARN Youth Summit 2011, kaohsiung-taiwan/18th july 2011




6 jam yang tak terlupakan

saya tahu, saya bisa.

***

ya, ini adalah sebuah prestasi baru dalam hidup saya. nekat pergi ke taiwan, sendiri. well, ini memang pengalaman pertama saya ke negeri orang hanya seorang diri, tanpa teman. mengandalkan diri sendiri, mulai dari cengkareng sampe taipei-kaohsiung (taiwan). benar kata orang, kita gak akan pernah tau, sebelum dicoba.

1 kali transit, 2 kali nyasar, 100 kali puas!

meski taiwan hanya 6 jam perjalanan udara, tapi ini akan jadi yang paling tak terlupakan. memang 6 jam kalah kalau dibandingkan 23 jam ke USA tahun lalu, tapi yang ini beda. kalau tahun lalu saya pergi bareng 5 teman, kali ini saya tanpa teman. dan yang saya takutkan pun tidak terbukti. saya bisa. dan saya tahu, saya memang bisa.


just me & myself





finally, taiwan!

ini akan jadi yang pertama, dan semoga bukan yang terakhir :)



***iEARN Youth Summit--departure/16 july 2011

Thursday, 9 June 2011

peta hijau persampahan kota Bandung

"Tempatkanlah sampah, bukan buanglah sampah"

Kalimat di ataslah yang ingin Greeneration Indonesia (GI) tularkan pada masyarakat, yakni mindset tentang bagaimana menempatkan sampah, bukan bagaimana membuang sampah. Kata “menempatkan” dan “membuang” bisa jadi menimbulkan perubahan yang besar bagi masyarakat dalam memperlakukan barang yang kita sebut sebagai sampah. Berbekal semangat itulah kemudian mereka berkumpul dengan komunitas lingkungan lainnya dalam Forum Hijau Bandung (FHB), dan menggagas lahirnya Peta Hijau Persampahan (PHP) Kota Bandung.


Jika selama ini Anda hanya terbiasa membaca peta geografi dan lokasi, nampaknya Anda harus mulai terbiasa membaca peta tematik yang satu ini. Ya, selain menambah pengetahuan tentang lingkungan, peta ini juga bisa membantu Anda untuk berkontribusi dalam menyelamatkan lingkungan dan bumi. Koordinator program, M. Bijaksana Junerosano atau lebih akrab disapa Sano ini memaparkan, PHP ini merupakan salah satu opsi solusi bagi masalah persampahan di Kota Bandung.

“Selain memberikan informasi ilmu dan teknologi, tujuan peta hijau ini juga agar masyarakat dapat memisahkan sampah sesuai jenisnya dan bisa mengelola sampah di rumah masing-masing,” ungkap Sano saat ditemui di sela-sela aktivitasnya di kantor GI, Jalan Kanayakan, Kota Bandung.


PHP Kota Bandung ini berisi peta geografis yang dilengkapi dengan 8 simbol bermakna khas di bidang lingkungan dan persampahan di Kota Bandung. Dari simbol tersebut Anda bisa mengetahui tempat tukar-menukar barang bekas, tempat yang memproduksi produk berwawasan lingkungan, tempat mendaurulang, tempat pengomposan sampah, lokasi sekolah hijau, organisasi lingkungan, dan lokasi tempat pengolahan sampah terpadu atau TPST. Bahkan, jika Anda ingin bertanya seputar informasi, ilmu dan teknologi di bidang lingkungan, Anda bisa cari tahu lokasinya dari peta hijau ini.

“Semuanya tersebar di 30 kecamatan di Kota Bandung. Dan berdasarkan catatan terakhir, terdapat hampir sekitar 300 titik ke-8 simbol tersebut,” terang Sano.

Pesan utama yang ingin disampaikan dari peta ini adalah ingin mengajak masyarakat untuk perlahan-lahan mengubah pola pengelolaan sampah. Nah, dari peta inilah, kita bisa mendapatkan panduan mudah mengelola sampah di rumah, seperti membuat dan mempraktekan lubang resapan biopori dan keranjang takakura.
Rencananya mereka akan membuat 6 Seri PHP Kota Bandung. Namun, sementara ini baru seri pertama saja yang sudah bisa diperoleh dan disebarkan pada masyarakat.

“Lima seri lainnya akan kami luncurkan dan persembahkan untuk Kota Bandung pada 22 April mendatang. Tepat saat hari Bumi,” lanjutnya.


Untuk membuat peta ini, tim FHB dkk menghabiskan waktu selama 7 bulan survey ke beberapa kecamatan di Kota Bandung. Setelah di launch pada 22 Februari lalu, sebanyak 1000 eksemplar PHP Seri 1 kini sudah tersebar di masyarakat, pemerintah, rekan-rekan media, dan sejumlah LSM di Kota Bandung. Menurut Sano, seri pertama ini bisa dikatakan sebagai survey karena dari seri inilah mereka bisa mengetahui seberapa besar antusias masyarakat terhadap kehadiran peta hijau.

Antusias itu juga dirasakan Gama Vianur, mahasiswa Unpad yang sudah mempunyai peta hijau, Dia mengaku sangat mendukung adanya PHP ini. “Peta hijau ini sangat membantu kita dalam menempatkan sampah. Selain sangat informatif, peta ini juga sangat handy, mudah dibawa dan kemasannya menarik,” ujar Gama.

Ke depannya, selain akan melengkapi kelima seri lainnya, Greeneration Indonesia juga akan mengaplikasikan peta hijau-peta hijau persampahan bagi kota-kota besar di Indonesia lainnya. Hebatnya, Bandung merupakan kota pertama yang mereka jadikan sebagai pioneer untuk lahirnya Peta Hijau dengan tema Persampahan.

“Semoga bukan karena tingkat pengelolaan sampahnya yang paling buruk, tapi karena para penggerak da penggagasnya yang memang berkumpul di Bandung,” sambung Gama.

dok. greeneration indonesia

***tulisan ini dimuat di Harian Seputar Indonesia edisi Kamis, 3 Maret 2011

Friday, 3 June 2011

guess who..

super-silhouette (of me)





created by Priaji Kusnadi (02/06/2011)

***dibuat dalam waktu 5 menit; tanpa sketsa; langsung digunting dari kertas concorde

Tuesday, 31 May 2011

Klab Jazz feat. Margo Friday Jazz: Superb Jazzy!

Jumat malam memang jadi moment yang tepat bagi sebagian besar musisi dan penggemar musik jazz di Depok untuk berkumpul. Jika Bandung punya Sunday Jazz milik Klab Jazz, Depok pun gak kalah dengan Margo Friday Jazz-nya. Ya, inilah ajang bertemunya para musisi dan penikmat musik jazz Depok, Jakarta dan sekitarnya dalam satu ruang apresiasi terbuka.

Margo Friday Jazz seperti oase di tengah padatnya jalanan di sepanjang Margondang Raya. Lupakan sejenak tentang kemacetan jalanan di Depok. Yuk kunjungi Margo City di Jalan Margondang Raya. Dari depan pintu masuk utama, alunan bernuansa jazz langsung menyapa kita. Sudah dua tahun setengah, sejak Januari 2009, Margo Friday Jazz hadir mengisi ruang apresiasi halaman The Old House Coffee. Seperti namanya, event mingguan ini rutin diadakan setiap Jumat malam dari pukul 20.00-24.00 WIB. Tak hanya menghadirkan musisi Jakarta, Depok, dan sekitarnya saja, event asuhan Mas Budi atau lebih akrab disapa Mas Bucheng ini juga tak jarang menghadirkan musisi jazz dari luar Jakarta.

Seperti Margo Friday Jazz kali ini, Jumat (27/5). Margo Jazz Community (komunitas yang lahir dari acara ini) sengaja mengundang teman-teman Klab Jazz Bandung. Ini memang bukan yang pertama, sebelumnya Klab Jazz pun sempat menyapa Depok pada tahun 2009 dan 2010 lalu. Dalam kali ketiganya ini, Klab Jazz memboyong 5 band bercorak berbeda untuk tampil di panggung Margo Jazz, yaitu Halfwhole Project, Ivan & Tesla, Sunday Ice Cream, West Java Syndicate, dan Sekapur Sirih.

Sebagai band pembuka sekaligus ‘ucapan’ selamat datang dari teman-teman Depok, semua disambut oleh penampilan band pendatang baru di Margo Jazz, Cosmo Vuzela. Band yang baru terbentuk dua minggu ini terdiri dari Jordy (gitar), Yudoyono Prakoso (basis), Yudo (keyboard), dan Douglas (vocal). Mereka pantas dijuluki musisi muda karena seluruh personilnya masih duduk di bangku SMA, gabungan teman-teman dari SMA 34 dan 49 Jakarta. Semula, mereka hanyalah pengunjung setia gelaran ini dan hanya bisa duduk di kursi penonton saja. Tak disangka, minggu ini mereka bisa diberi kesempatan untuk menampilkan kebolehan mereka. “Malam Biru” milik Sandy Sandoro berhasil memanggil para pengunjung Margo City untuk ikut bergabung, disusul dengan “Menikahlah Dengaku”-nya Glenn Fredly, dan “Saat Kau Milikku” by Barry Likumahua Project. Meski semuanya masih ‘lagu orang lain’, namun mereka berhasil membawakannya dengan aransemen mereka sendiri. Cukup memberi warna baru dalam lagu-lagu pop-jazz yang sedang digandrungi anak-anak muda itu.


Deretan penonton semakin padat. Kursi-kursi kosong pun mulai terisi. Kini saatnya band asal Bandung Halfwhole Project on stage. Suasana pop-jazz yang dihadirkan band sebelumnya langsung berganti dengan nuansa straight ahead. Band yang digawangi Gallang Perdhana (elektrik bass), Edward Manurung (drum), Athfand Harahap (gitar), dan Christ Stanley (elektrik piano) ini membuka band Klab Jazz dengan empat buah lagu, di antaranya satu lagu karya Charlie Parker, “Passion Dance”, “Stella by Starlight” karya Victoriang, dan “Seven Step to Heaven”. Meski salah satu personil mereka, Athfand, tidak bisa hadir, namun tidak mengurangi kehebatan permainan mereka.




Suasana pun kembali berubah, ketika West Java Syndicate mulai memainkan musiknya. Alunan daminatila mengawali penampilan mereka. Suasana etnik pun langsung mengisi ruang Margo Friday Jazz malam itu. Inilah penampilan Kang Dede Sp (elektrik bass), Yopi D. Nafis (keyboard), dan Zahar Mustilaq (drums). Dari nama band-nya saja kita sudah bisa menyimpulkan, warna musik yang diusung tentu berbau etnis Sunda (meski ditranslet ke dalam Bahasa Inggris). Namun sayang, formasinya malam ini tidak lengkap seperti biasanya. Kang Zinner (kendang) yang juga punya peran besar dalam meramaikan band ini berhalangan hadir karena harus tampil di luar negeri dengan band utamanya, Samba Sunda. Lewat lagu pertama berjudul “Srepet Gebay” mereka berhasil mengajak penonton untuk bersorak “oi..oi..oi..” sambil mengikuti ketukan drum. Lagu kedua “Tembang Katresna”, disusul dengan lagu tradisional Sunda “Bajing Luncat” yang mereka poles habis menjadi lagu “Bajing Luncat” jazz version, dan yang terakhir “Gending Rame ku Kendang”. Meski kendang dan tuannya tidak hadir, West Java Syndicate, tetep Bandung pisanlah!




Nah, kini giliran band instrument asal Bandung yang lagi banyak dikangenin para penggemarnya ini on stage. Here we go, Sekapur Sirih. Grup yang satu ini memang pantas untuk dikangenin, permainan musik mereka yang apik dan khas memang gak pernah bosan buat didengar. Meski ngakunya udah pada sibuk ngantor dan jarang latihan, toh permainan mereka tetap saja prima. Ada Kandria Kananta atau Keke (gitar), Lukman Agus (drums), Agung Dwi Perkasa (keyboard), Andreas Nandiwardhana (gitar), dan Prasandhya Astagiri (bass). Sekarang ini seluruh personilnya memang sedang sibuk bekerja di Jakarta, Lagu pertama yang mereka bawakan adalah cover lagu “Forward Motion” dari Mezzoforte, lagu berikutnya merupakan lagu karya mereka yang berjudul “Alamanda”, “Nuansa”, “Midnight”, dan “Jakarta-Bandung PP (via Cipularang)”. Band beraliran fusion ini beberapa kali mengaku bahwa band mereka sebenarnya bukan beraliran jazz, melainkan pop. Nyatanya, dengar saja sendiri, hasilnya yang ada justru malah paket lengkap, terpadu dalam satu corak musik yang begitu khas.


Setelah puas dengan yang serba instrument, sekarang giliran band bervokalis asal Bandung, Sunday Ice Cream tampil. Band pendatang baru di Klab Jazz ini semula hanyalah gabungan para penikmat musik jazz yang rajin datang ke event-event yang digelar Klab Jazz. Dreams come true, itulah kata mereka saat pertama kali ditawari untuk bermain di Sunday Jazz Potluck Kitchen beberapa waktu lalu. Kini, Raisa (vocal), Wahyu (gitar), Jemie (bass), Ridho (gitar), Adi (drum), dan Eja (keyboard) semakin semangat bermusik karena kedatangan teman-teman baru, yaitu Ndik (trombone), Iwan (trumpet), dan Aping (saxophone) yang semakin menambah komplit warna musik mereka. Pengunjung Margo City berhasil mereka ajak nge-groove lewat lagu “Can We Talk”, “ Too Young to Die” yang dipopulerkan Jamiroquai, dan beberapa lagu karya mereka, di antaranya “Happy Sunday”, “Siapa Diriku”, dan “I lost Control”. Kabarnya, saat ini mereka sedang sibuk recording beberapa karya mereka untuk dijadikan mini album.


Malam semakin larut, waktu menunjukan pukul 23.10 WIB, saat Ivan & Tesla mulai menaiki stage. Tapi, suasana dan pengunjung Margo Friday Jazz tetap ramai dan seru. Ivan & Tesla yang beberapa waktu lalu baru saja rilis album di kampus ITB Bandung, malam ini kembali membawakan lagu-lagu mereka yang mengusung post bop di album tersebut. Sebuta saja “Willy Nilly” dan “After Her” ciptaan Tesla, dan lagu terakhir “Unborn” karya Ivan. Entah kenapa, permainan mereka memang selalu outstanding dan terkesan ‘nyeleneh’, meski pun sebelum naik ke stage Ivan sempat bilang, “Sumpah ya kita bahkan belum latihan.” Oke, belum latihan aja bisa sekeren ini, gimana kalau latihan? Ivan Jonathan (keyboard), Tesla Manaf Effendi (gitar), Gega Nesywara (bass), dan Dani Irjayana (drums) memang tidak pernah habis cara untuk membuat penikmat musik mereka terkagum, terhibur, dan ‘tertawa’ dalam waktu bersamaan. Namun, nampaknya para penggemar Ivan & Tesla harus sedikit bersabar, kabarnya Gega—sang basis—dalam waktu dekat ini akan ‘pensiun’ dari kegiatan bermusik karena akan melanjutkan studinya sebagai ahli bedah.




Lengkap sudah Margo Friday Jazz edisi 27 Mei 2011 di Margo City, Depok. Ditutup apik dengan penampilan Funkenstain dari Jakarta. Personil grup ini sebenarnya adalah ‘wajah-wajah lama’ di panggung musik jazz Jakarta, namun khusus malam ini mereka tampil dalam formasi baru. Finally, senang sekali teman-teman Klab Jazz bisa bergabung dalam Margo Friday Jazz untuk yang ketiga kalinya. Ya, karena acara ini gak hanya memberi ruang bagi musisi untuk berkarya dan mengapresiasi, tapi juga jadi ajang silaturahmi antara musisi jazz Bandung, Depok, Jakarta dan sekitarnya.

***reported by achie martasasmita
doc: klab jazz

Saturday, 28 May 2011

why, who, what, how!


“I have no special talent. I am only passionately curious”--Albert Einstein



"curious..curiosity..curios...curiosity!"--alice (Alice in Wonderland)



"I am not that smart, i am just curious"--Me :)



"The only way to achieve the impossible is to believe it is possible" Charles (Alice in Wonderland)